IMAN DAN AMAL SHALEH (SYARIAH)
UNTUK MEWUJUDKAN KESATUAN DAN PERSATUAN
BANGSA INDONESIA SECARA HAKIKI
(Ust. Andri Mulyana, Ketua MUI Kecamatan Cimenyan)
“Manusia suku manapun dan dari bangsa apaun dalam pandangan Islam sebagai aqidah dan syariah (amal shaleh ) adalah mahluk mulia, terhormat, bebas dan merdeka untuk melakukan segala aktifitas hidup dan kehidupan yang mengandung manfaat dan bernilai kebajikan, dan sebaliknya akan mendapat celaan dan kecaman apabila melakukan perbuatan yang mengandung madhorot dan keburukan .”
Hal tersebut diisyaratkan dalam kitab suci Al-Qur’an surat ke :17 ayat ke:70 / al-Isra / Firman Allah SWT :
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Dari keterangan ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa kita ummat (baca : yang mengimani Al-Qur’an ) yaitu ummat Islam harus menyadari tugas dan kewajiban utama kita adalah menjaga, memelihara dan membina kemuliaan dan kehormatan fithrah manusia sebagai jati dirinya dan kemudian tak terpisahkan menjaga, memelihara dan membina kemuliaan serta kehormatan orang lain yang di sadari pula sama-sama mulia dan terhormat di sisi yang menciptakan nya yaitu Allah SWT. Urutanya tentu saja dalam hal ini di mulai dalam lingkungan yang terdekat dahulu seperti: “ Seorang suami terhadap istrinya dan sebaliknya. Kemudian orang tua kepada putra-putrinya dan sebaliknya. Dengan saudara atau seperti kakak-beradik dan dengan seluruh anggota keluarga (famili). Dan seterusnya-dan seterusnya .Hal itu dilakukan karena kesadaran iman (aqidah). Wujud keshalehan seseorang yang memiliki akhlakul-karimah.”
“Bahkan sudah menjadi konsensus“ termasuk dalam pembukaan undang-undang Dasar 1945, bahwa kemerdekaan Indonesia di peroleh dengan rahmat Allah SWT. Pernyataan itu tidak sederhana tetapi lahir dari suatu keyakinan para pejuang kemerdekaan RI melalui proses panjang dari para pendiri Republik ini, setelah sekian lamanya silih berganti , sambung-menyambung dari berbagai pelosok tanah air berjuang mengorbankan harta, tenaga, fikiran atau fisik dan mental, kemudian dengan segala usaha dan upaya sampai ke titik darah, akhirnya dengan izin Allah SWT. Sampailah kepada “Kemerdekaan”.
Kalimat ”DENGAN RAHMAT ALLAH SWT” adalah kalimat yang mencerminkan keimanan, ketaqwaan, ketawaduan, pengakuan secara penuh kesadaran dan rasa syukur yang tak terukur.
Komponen bangsa dan seluruh lapisan masyarakat apapun kapasitasnya sesuai dengan tenaga dan kemampuanya masing-masing pula, tetap tidak terpisahkan mereka terdiri dari :Ia seorang ayah, seorang Ibu, seorang anak, ia seorang saudara, tetangga dan seterusnya. Kemudian juga ia seorang pembantu rumah tangga biasa yang juga harus di perlakukan secara ihsan (baik), dimuliakan dan dihormatinya secara wajar sebagai manusia secara utuh pula, dan ia pun di lingkungan keluarganya dan masyarakat tidak ada bedanya bagian struktur masyarakat. Dan harus disadari pula sebenarnya memang manusia itu secara social hakikatnya adalah pembantu dan penolong bagi yang lainnya yang harus terhormat pula baik langsung atau tidak langsung dan apapun kapasitasnya atau jabatannya atau pekerjaanya .Contoh: “sepiring nasi dengan lauk pauknya dan segelas air minum sampai di hadapan kita berapa banyak orang yang berjasa ikut memproses hingga menjadi makanan yang matang yang enak dan menunjang kelangsungan hidup kita, subhaanallah.” Kemudian jalan yang kita gunakan sehari-hari sebut saja hasil kerja masal seluruh komponen bangsa dan lapisan masyarakat dan kemudian pengorbanan mereka bermacam-macam pula yang kita tidak banyak mengetahuinya. Itulah sebsbnya kita diperintah berlaku ihsan menurut AlQur’an dan Sunnah Rasul (syariah) dimanapun kita berada .”
Kerena itu, bersatu, kesatuan dan persatuan adalah sebagai “ buah” atau “ akibat ” dari sikap dan tindakan yang baik, perbuatan yang terpuji, menyadari hidup ini tak terpisahkan satu sama lain, sadar diri, sadar lingkungan dan sadar intelektual , yang lahir dari sifat mulia dan terhormat dari orang-orang yang mengikuti kebenaran dan kebaikan secara cerdas dan akal sehat pula, kemudian di wariskan kepada generasi kemudian.”Jadi persatuan kesatuan” itu adalah “buah/akibat” (infi’al) bukan pekerjaan (fi’il), sebagaimana “kenyang” bukan pekerjaan tapi “ buah/akibat ” pekerjaan yaitu “ makan yang cukup (fi’ilnya makan yang cukup , akibatnya (buahnya) kenyang (infi’alnya), untuk sampai kepada makan yang cukup agar kenyang banyak tugas dan proses yang harus dituntaskan dan dilalui oleh kita bersama pula, seperti para petani sawah dengan segala kebutuhan dan keperluan untuk mengolah sawahnya agar mencapai hasil yang mengembirakan.Demikian pula para petani sayur-mayur, para petani buah-buahan, peternak berbagai daging potong, petani budi daya ikan air tawar, para nelayan, pengelola migas bumi , kompor dan keperluan masak, bumbu sampai kepada piring dan sendok dll , yang mendukung sampainya bahan makanan hingga menjadi makanan, kemudian mengenyangkan .”
Kesatuan dan persatuan harus di wujudkan melalui proses pembinaan aqidah (keimanan) keilmuan dan amal shaleh secara terpadu, berkesinambungan, tidak di pisah-pisahkan, tidak di kelompokan, tidak di kotak-kotakan, di pulas-poles dengan warna yang salah berbau dan bercampur keraguan dan kekufuran, seperti dengan istilah pundamental, garis keras, moderat, liberal, dll.
Dalam rangka meningkatkan silaturrahim dan ukhuwah Islamiyah perlu di fahami dasar-dasar pembinaan secara benar dan tepat kesatuan dan persatuan adalah soal hati dan iman, maka binalah hati dan iman agar bersih dan ikhlash, kesatuan dan persatuan harus di bina dalam segala situasi dan kondisi, silaturahim, komunikasi, konsultasi, saling memberi infomasi, sambung rasa, kordinasi dll.
Tuntunan dan pedoman menurut Al-Qur’an dan HADIST NABI MUHAMMAD SAW di antaranya:
1. Memelihara hati dan sikap: QS:8 /al-Anfal ayat :61-63, Q.S : 49 / al-Hujurat ayat : 10
2. Menjauhi penyakit hati : Rasullah SAW telah bersabda :
“ Tidak akan masuk surga seseorang apabila ada dalam hatinya sebesar jarah (debu) sifat kibir (sombong) .” Seorang sahabat bertanya , (bagaimana) seseorang menyukai memakai baju yang bagus dan kusut (sepatu) yang bagus ? “ Rasulullah bersabda : “ Sesungguhnya Allah itu cantik (indah) dan menyukai kecantikan dan keindahan, adapun kibir (sombong) yaitu sikap” menolak kebenaran dan suka menghinakan manusia .”
(HR. Muslimin dan Attirmidzi)
“Menolak kebenaran dan menghinakan manusia adalah penyakit hati dan fikiran yang menjadi penyebabnya “ kesatuan dan persatuan ” menjadi perpecahan dan kerusakan. Adapun yang menjadikan seseorang bersikap kibir/sombong adalah nafsu yang buruk dengan berbagai alasan yang lemah , antara lain : Merasa ganteng atau cantik, harta, kekuatan, keturunan, ibadah, ilmu, banyak teman (balad) dll. Kemudian melahirkan pula sifat buruk sangka, terlalu tinggi menilai diri sendiri dan terlalu rendah menilai orang lain, dan masih banyak lagi sifat-sifat yang tidak baik yang semestinya tidak dimiliki oleh orang yang beriman.
3. Taqwa dan selalu berpegang teguh kepada kebenaran “tali al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW: QS.ali Imran [3] ayat 102-105.
4. Berlaku adil dan ihsan: QS.an-Nisa [4] ayat 36 dan an-Nahl [16] ayat 90
5. Taat disiplin dan lapang dada (legowo): QS. An-Nisa [4] ayat 59
6. Bersikap seimbang, berakhlak mul;ia dan tidak berbuat keruksakan di muka bumi: QS al-Qoshshosh [28] ayat 77.
7. Bertasbih, bertahmid, taubat: QS. An-Nisa [110] ayat 1-3.
Demi kesatuan dan persatuan, demi keutuhan Negara dan tanah air tercinta Republik Indonesia yang kini tahun 2009 memasuki ke 64 kemerdekaan, sudah lebih dari cukup berpengalaman mengarungi hidup dan kehidupan disegala dimensi social, para wakil rakyat formal dan non formal, pemerintah dari pusat sampai dengan yang paling bawah RT/RW harus lebih berpihak kepada kebenaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul Allah dan Islam sebagai aqidah dan syariah (amal sholeh) yang juga diwariskan oleh para pahlawan kemerdekaan RI. Dan Islam rahmatan lil ‘alamin jangan lagi kita terjebak pada perasaan dan pemikiran yang keliru, terjebak oleh adu domba kepentingan sesaat, munkar dan ma’shiat yang dikemas dengan kemanusiaan (HAM) yang kebablasan tak terbatas dengan garis agama, apriori, bahkan mengatasnamakan agama.
Berpihaklah kepada Tuhan yang menciptakan manusia, yang memuliakan dan memberikan kemerdekaan. Allah pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya terang (iman).(QS. Al-Baqoroh [2] ayat 257). Wallahu a’lam.